PT Equityworld Futures Semarang – Harga Minyak Stabil, Fokus Masih Rusia dan Disrupsi di Timur Tengah
PT Equityworld Futures Semarang – Harga minyak bergerak tipis di perdagangan Asia pada hari Selasa (06/02) saat rebound kehabisan tenaga, dengan pasar menunggu isyarat lanjutan tentang pasokan di tengah memburuknya kondisi geopolitik di Rusia dan Timur Tengah.
Kuatnya dolar juga membuat harga sebagian besar tertahan, karena traders mulai dengan mantap memperkirakan kurangi peluang potong suku bunga awal oleh Federal Reserve. Greenback melonjak ke level tertinggi tiga bulan pada hari Senin.
Minyak Brent untuk penyerahan April turun 0,1% ke $77,94 per barel, sementara minyak WTI turun 0,1% menjadi $72,81 per barel pukul 08.17 WIB.
Masalah pasokan bahan bakar di Timur Tengah dan konflik Rusia-Ukraina
Kedua minyak benchmarks rebound sekitar 1% pada hari Senin usai beberapa serangan oleh pasukan AS terhadap Kelompok Houthi yang didukung Iran dan berbasis di Yaman isyarat kisruh geopolitik yang berkelanjutan di Timur Tengah.
AS juga memperingatkan akan adanya lebih banyak potensi serangan terhadap Houthi, setelah kelompok ini mengancam akan terus menyerang kapal-kapal di Laut Merah. Aktivitas Houthi di Laut Merah menunjukkan potensi gangguan pada pengiriman minyak ke Eropa dan Asia, yang pada akhirnya meningkatkan kekhawatiran akan pasokan global yang lebih ketat.
Perang Israel-Hamas-yang merupakan inti dari ketidakstabilan terbaru ini di Timur Tengah, juga tidak menunjukkan tanda-tanda de-eskalasi, pasalnya laporan-laporan terbaru tentang gencatan senjata tampaknya tidak berdasar.
Di Rusia, laporan-laporan media menyebut bahwa Ukraina telah melakukan serangan pesawat tak berawak terhadap salah satu kilang minyak terbesar di negara ini, yang diperkirakan akan mengurangi ekspor produk minyak dari negara ini.
Potensi pasokan yang lebih ketat dapat membantu mengimbangi kekhawatiran yang terus berlanjut mengenai lambatnya permintaan minyak tahun ini, terutama dalam menghadapi pemulihan ekonomi China yang lemah dan kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi.
Kekhawatiran atas permintaan yang lesu telah mendorong turunnya harga minyak lebih dari 7% pada minggu lalu, yang sebagian besar menghapus keuntungannya untuk tahun 2024.
Rekor produksi AS yang tinggi dan pengurangan produksi yang mengecewakan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak juga menimbulkan keraguan soal seberapa ketat pasar minyak pada tahun 2024.
Namun, tanda-tanda kekuatan ekonomi baru-baru ini di AS mengindikasikan bahwa permintaan setidaknya akan tetap stabil dari konsumen bahan bakar terbesar di dunia ini.
Fokus minggu ini adalah sinyal lain dari pejabat Federal Reserve, setelah Ketua Jerome Powell menegaskan kembali sikapnya untuk mempertahankan suku bunga dalam waktu dekat. Data inflasi China untuk bulan Januari juga akan dirilis, tepat sebelum awal libur Tahun Baru Imlek yang berlangsung selama seminggu.

Komentar
Posting Komentar